ABIM dan Pembudayaan Ilmu



Demikianlah hakikatnya, sejarah kegemilangan Islam menjadi saksi bahawa ia bermula dengan revolusi keilmuan yang tercetus dari ayat mukjizat Iqra’ bi ‘smi rabbika ‘lladhi khalaq, transformasi kemanusiaan dan revolusi kebudayaan yang merubah penggembala unta menjadi ilmuwan cendekia, manusia badawi-jahili menjadi Muslim hadari-madani. Paparan Qur’ani tentang kisah para anbiya’ dan mursalin sebagai transformational leaders bagi umat dan zaman masing-masing jelas memberikan petunjuk bahawa antara ingredient utama kepemimpinan mereka terumus dalam ungkapan Hukman wa `ilman (kebijaksanaan atau wisdom dan ilmu) kurniaan Tuhan.

Pembudayaan ilmu bererti pemasyarakatan, pemerataan dan pendemokrasiannya. Ilmu tidak seharusnya bersifat eksklusif-elitis. Justeru yang ingin kita perkasakan dengan budaya ilmu adalah rakyat massa keseluruhannya. Hanya apabila masyarakat seluruhnya menjadi masyarakat ilmu atau knowledge based society barulah kita dapat merealisasikan daulat rakyat dalam erti yang sesungguhnya. Tanpa ilmu rakyat akan terus ditipu dan diperbodoh. Islam memang tidak mengenal elitisme dalam bidang keilmuan. Setiap orang harus mencari dan menuntut ilmu, sama seperti orang lain.

Pembudayaan ilmu adalah suatu perjuangan kerakyatan dan sekaligus jihad keagamaan: ikhraju ‘n-nas mina ‘dh-dhulumati ila ‘n-nur (pembebasan manusia dari belenggu dhulumat kejahilan menuju kecerahan nur ilmu dan kebenaran).

(cuplikan daripada “Budaya Ilmu Wahana Pemerkasaan Bangsa” dlm.
Pendidikan al-Hikmah dan Misi Pencerahan: Himpunan Pidato Kependidikan oleh Dato’ Dr. Siddiq Fadzil)






TAG