ABIM Sarawak di Media: "Di PWNU Kalbar, ABIM Sarawak Beberkan Kesamaan Perjuangan NU dengan Umat Islam Malaysia"


"Di PWNU Kalbar, ABIM Sarawak Beberkan Kesamaan Perjuangan NU dengan Umat Islam Malaysia"

Times Indonesia
02 Mac 2019

https://www.timesindonesia.co.id/read/203226/20190302/094558/di-pwnu-kalbar-abim-sarawak-beberkan-kesamaan-perjuangan-nu-dengan-umat-islam-malaysia/

================================

TIMESINDONESIA, PONTIANAK – Pengetua Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) sebuah organisasi kepemudaan Islam di Malaysia melakukan kunjungan silaturahmi ke PWNU Kalbar.

Pertemuan dilaksanakan di Sekretariat PWNU Kalbar, Jl Veteran Pontianak, Sabtu (2/3/2019) pagi.

Selain pengetua ABIM wilayah Sarawak Muhammad Fazril Bin Muhammad Saleh, pertemuan ini juga dihadiri oleh Ketua Tanfidziah PWNU Kalbar H. Hildi Hamid, Ketua ISnU Kalbar Dr. Yusriadi, MA., serta ketua LTN PWNU Kalbar Dr.Ibrahim, MA. serta beberapa pengurus ISNU lainnya.

Hildi Hamid sangat menyambut baik kunjungan yang dilakukan oleh ABIM ini. Dalam sambutannya ia juga memaparkan perkembangan NU di Indonesia khususnya di Kalbar yang merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia.

"Banyak orang Islam khususnya di Kalbar ini yang secara tradisi dan amaliah itu dekat dengan NU yang sudah dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Tetapi mereka tidak menyadari bahwa amaliah-amaliah tersebut bagian daripada tradisi orang-orang NU," jelasnya.

"Oleh karena itulah melalui gagasan Islam Nusantara, upaya memelihara dan menjaga tradisi tersebut oleh NU tetap terus dijaga," tambah mantan Bupati Kayong Utara dua periode ini.

Muhammad Fazril Bin Muhammad Saleh mengaku gembira dapat diterima bersilaturahmi bersama keluarga besar Nahdlatul Ulama Kalimantan Barat.

Ia menyatakan bahwa apa yang diperjuangkan oleh NU hampir mirip dengan apa yang diperjuangkan umat Islam di Malaysia.

Menurutnya secara amaliah, antara Islam yang ada di Indonesia dan yang dipraktikkan oleh NU sama dengan di Malaysia yakni menganut faham Ahlul Sunnah Wal Jama'ah yang dalam bidang aqidah menganut mazhab Asy'ary dan Maturidi serta dalam bidang fiqih menganut mazhab Syafi'iy.

"Namun demikian, dalam bidang fikih, tetap ada keluwesan dalam praktiknya sehari-hari. Karena fiqih tentunya memiliki fleksibilitas yang memungkin berubah," ujarnya.

Ia juga menyatakan bahwa apa yang diperjuangkan oleh NU yakni gagasan Islam Nusantara itu sebenarnya memiliki kemiripan ide dengan apa yang diperjuangkan oleh ABIM melalui Islam dan Melayu.

Menurut Fazril, proses masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara, utamanya di alam Melayu ini tentu berbeda dengan perkembangan Islam yang ada di Timur Tengah.

Ia berharap bahwa ke depan perlu ada semacam penelitian atau kajian terhadap khazanah intelektual Islam dan Melayu.

Fazril mencontohkan, salah satu ulama Melayu yang cukup terkenal di Sarawak Malaysia dan menjadi guru di Masjidil Haram Makkah adalah Syekh Uthman Abdul Wahhab as-Sarawaky. "Ia merupakan guru dari beberapa ulama Indonesia, antara lain Abdul Karim Amrullah (Ayah dari Buya HAMKA), Syekh Mahfud At Termasi (Guru Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyary) serta Haji Abdul Majid (Ayah dari KH Zainuddin Abdul Majid pendiri Nahdlatul Wathan)," paparnya.

"Ini membuktikan bahwa dalam persoalan Islah dan Tajdid (pembaharuan) Ulama Nusantara memiliki keunikan tersendiri yang tentunya berbeda dengan gerakan pembaharuan yang dimotori oleh ulama-ulama timur tengah semisal Syekh Muhammad Abduh, Syekh Jamaluddin al-Afghani, serta Syekh Rasyid Ridha sehingga perlu penelitian mendalam terkait dengan mengangkat khazanah ulama Melayu ini," beber Fazril.

Diakhir kunjungannya, Ketua ABIM Serawak Muhammad Fazril Bin Muhammad Saleh menyerahkan buku terjemahan kitab 'Nafahatur Ridwan' yang merupakan manakib Syekh Uthman Abdul Wahhab as-Sarawaky yang diterima langsung oleh Ketua PWNU Kalbar H.Hildi Hamid. (*)

TAG